PAKAR ILMU HADIS, Prof. Dr. Daniel Djuned, telah tiada. Tidak ada regenerasi yang mewariskan kepakarannya di Aceh.
Innalillahi wainna ilaihi raajiun. Prof. Dr. H. Daniel Djuned MA telah pergi untuk selamanya. Dia meninggal pada 19 Agustus 2010 silam, tutup usia 56 tahun. Banyak kalangan, terutama di lingkungan kampus IAIN Ar-Raniry, Banda Aceh, menilai kepergian Prof. Daniel sebagai pertanda berakhirnya generasi yang menguasai Ilmu Hadis di Aceh.
Pak Daniel, begitu almarhum akrap disapa, memang salah satu tokoh penting dalam perkembangan Ilmu Hadis di Aceh. Sehingga kepakarannya dalam bidang ilmu Hadis pernah mendapat rekomendasi yang diakui oleh ahli tafsir terkemuka Indonesia, Prof. Dr. Muhammad Quraisy Shihab.
Kepergian Prof. Daniel tidak hanya meninggalkan duka mendalam, tapi benar-benar dirasakan kehilangan. Pembantu Rektor IV IAIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Syahrizal, MA menyatakan rasa duka yang dalam atas kepergian ahli ilmu hadis ini. “Kami sangat merasa kehilangan, karena beliau satu-satunya ahli Hadis terbaik di Aceh. Ini bukan hanya kehilangan bagi IAIN Ar-Raniry, tapi juga kehilangan bagi Aceh, mengingat kiprah beliau sangat berguna bagi masyarakat, dan sulit dicari penggantinya,” ungkap Syahrizal.
Di lingkungan kampus IAIN Ar-Raniry, tempat Daneil mengabdi, dia dikenal satu-satunya ahli ilmu hadis. Memang, Dosen ilmu hadis masih banyak di kampus itu, namun kesannya tak mengimbangi kepakaran Prof. Dr. Daniel Djuned, lulusan S-3 UIN Syarif Hidayatulllah Jakarta ini.
Semasa hidupnya, Pak Daniel mengabdikan ilmunya sebagai Dosen tetap pada Fakultas Syari'ah. Namun tahun 1990 pindah menjadi Dosen tetap pada Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry. Dia juga pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Ushuluddin, Asisten Direktur I pada Pascasarjana, yang kemudian diangkat menjadi Direktur Pascasarjana IAIN Ar-Raniry.
Jabatan lain, Pak Daniel, pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin secara berturut dua periode, yakni 2000-2004 dan 2004-2008. Dan jabatan fungsional terakhir yang disandangnya adalah Guru Besar Ilmu Hadis pada Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry.
Selain kepakarannya dalam Ilmu Hadis, Prof. Daniel semasa hidupnya juga aktif dalam sejumlah kegiatan sosial di Aceh. Antara lain sebagai Ketua Tim Perumus Blue Print (cetak biru) Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh pasca-gempa dan tsunami bersama sepuluh tokoh agama dan cendekiawan Aceh lainnya. Juga sebagai Ketua Komisi Fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh.
Alumni S-1 Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry ini, sebelum menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Meuraxa, Banda Aceh, juga pernah mengalami serangan stroke, sebelum akhirnya pergi meninggalkan kita semua.
Kini, sosok ahli ilmu Hadis ini telah pergi untuk selamanya. Kepergiannya adalah kehilangan bagi Aceh. Karena beliau salah satu tokoh cendekiawan penting, tak hanya di Aceh, tapi juga di Indonesia. Buah pikirannya yang masih sangat dibutuhkan di tengah pro-kontranya penerapan syariat Islam di Aceh, Prof. Dr. Daniel Djuned harus pergi memenuhi panggilan Ilahi.
Putra kelahiran Aceh Selatan, 5 Juni 1954 ini telah menyudahi semua pengapdiannya, yang kini berbaring damai di Desa Tanjung Selamat, Darussalam. Meskipun Pak Daniel sudah tiada. Tapi karyanya yang ditinggalkan tetap saja hidup sepanjang zaman. Di antara karya yang ditinggalkan antara lain, buku Dasar Ilmu Hadis, Paradigma Baru Studi Hadis, Rekonstruksi Fiqh al Hadis.
Selain itu, masih ada dua karyanya yang sudah selesai disusun namun belum diterbitkan hingga ajal menjemputnya. Selamat jalan Ahli Ilmu Hadis. Karya yang ditinggalkan warisan yang sangat berguna bagi generasi kami semua. []
Tulisan ini telah dipublis di majalah RAHMAT edisi 2
0 komentar:
Post a Comment